Hingar bingar pemilihan presiden 2014 saya pikir akan
selesai sesaat setelah pemungutan suara selesai dilaksanakan pada 9 Juli 2014 lalu. Ternyata, justru perang urat
saraf makin kencang saja terasa. Sebelum pilpres saja sudah pening rasanya
pemberitaan media yg overload tumpah tiap hari dari dapur berita mereka, mulai
dari hal sepele blusukan dan mengurus kuda, hingga tetek bengek koalisi merah
putih dan koalisi tanpa syarat. Semua pemberitaan terhampar luas dari sabang
hingga marauke negeri ini.
Saya hanyalah manusia yang kebetulan diberi hidup di tanah
air Indonesia. Saya pun tak lepas dari keriuhan pilpres 2014 yg jauh sekali
'#rame'-nya jika dibandingkan dengan pilpres-pilpres sebelumnya yang terkesan
biasa saja, damai adem eh tiba-tiba udah ada aja presiden baru. Pilpres 2014
menyuguhkan pemandangan yang berbeda, tiba-tiba masyakarat Indonesia 'tampak'
lebih peduli akan nasib bangsanya, sepenglihatan saya pilpres kali ini lebih
menarik banyak massa. Semua ini tentu patut disyukuri.
Terkisahkanlah dua calon empat manusia bersedia menjadi
pemimpin negeri 250juta orang! Namanya Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta. (Sinting!
[ups]) memang bangsa sebesar ini kalau harus dipimpin oleh hanya dua orang saja.
Namun bangsa ini dibangun berdasarkan sebuah konstitusi negara kesatuan Indonesia,
maka itulah amanat yang harus dilaksanakan bangsa ini. Kedua calon sudah
berhasil membentuk opini dimata konstituen mereka, keduanya tarik-ulur swing
voter selama masa kampanye.
Segala bentuk persaingan ditunjukan. Walau kampanye hitam
disana-sini, baik dari kubu 1 ke kubu 2, maupun sebaliknya, secara umum saya
menilai kampanye berjalan dengan baik. Debat capres yang hanya 5x nampaknya cukup sukses dilaksanakan KPU
demi memperjelas visi-misi kedua calon. [debat ke-5 paling top!]
Saya pun memilih... [telat nian baru share sekarang...]
Tepatnya setelah Jokowi menggandeng Jusuf Kalla sebagai
pendampingnya dalam pilpres kali ini, hati saya sudah mulai terpolarisasi
minimal [bahasa lw bro]. Belum terang-terangan saya publikasikan ketertarikan
saya ini, saya masih menjadi pengamat yang pasif saat itu, selain juga karena
lagi sibuk jadi dokter muda [cia elah..serius] Berjalannya waktu, sebagai insan
politik yang lugu [kata abang R28] saya mulai melihat cahaya berbeda
dimunculkan oleh pasangan Jokowi-JK, ya sebuah cahaya yang saya rasakan akan
merubah Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik. Cahaya ini tak dimiliki oleh
pasangan lainnya. Karena cahaya itulah [bismillah] saya putuskan pilih [turun
tangan] dukung pasangan Jokowi-JK.
Cahaya itu adalah.... [macam hidayah saja..haha]
Pak Jokowi tak sempurna! [betul] Jokowi tak selesaikan
tugasnya di Solo periode 2! [betul], Jokowi
kembali tak selesaikan tugas pimpin Jakarta! [betul] saya
menyadari ketika saya menjatuhkan pilihan ke pasangan ini saya harus menerima
track-record Pak Jokowi yg terkesan tidak amanah tersebut [ngomong ini dulu
biar yg ga suka ma Jokowi agak adem baca lanjutan tulisan ini...hehe]
Pak JK pernah salah perhitungan [betul] banyak kekurangan
[betul] sudah tua [betul], Pak JK disinyalir akan mendominasi kepemimpinan
Jokowi jika terpilih. Saya menyadari betul ketika saya menjatuhkan pilihan ke
pasangan ini saya harus menerima kondisi Pak JK tersebut yang terkesan sudah
bukan zamannya lagi Pak JK pimpin negeri ini [seneng nih buat yg g respek sama
pasangan ini..haha]
Tapi keduanya bersatu dalam harmoni yang tak terelakan!
Kedua nya ibarat Goten & Trunks [di manga Dragonball...isshhh] yg melakukan
fussion menjadi pasangan yang hebat.
Pak Jokowi ini manifesto kepemimpinan khulafaurasyidin yang
kedua ~Sayyidina Umar bin Khattab~ bagi saya. Kurang besar apa kekuasaan darat
laut umat Islam kala dipimpin oleh Umar? Suunggguuuh luas luar biasa, tapi ia
tak jumawa dan mau turun ke lapangan untuk melihat kondisi riil bangsanya, Umar
melakukan musyawarah diplomasi jika ada masalah, tidak serta merta dengan
perang [subhanallah....teringat kisah Umar yg bertamu ke salah satu rumah
masyarakat, benar2 top >> cari ndiri ceritanya ya]
Nah, itulah yg tergambar dari sosok Jokowi dengan aksi
'blusukan' nya. [mau bilang 'blusukan' itu pencitraan? tahan-tahan, haha..]. Ia
berani merubah budaya kepemimpinan 'usang' yang selama ini ada dalam birokrasi
pemerintahan Indonesia, budaya turun lihat langsung alias blusukan ini menjadi
trend et causa Jokowi terkenal hingga mengantarnya menjadi juara 3 walikota
terbaik dunia dan banyak meraih penghargaan prestisius lainnya. Ia selesaikan
banyak masalah dengan cara elegan dan sabar, diskusi, komunikasi, diplomasi
'meja makan', kekeluargaan & kerakyatan menjadi jalan kepemimpinannya [adem ya.. ^_^]. Tak asing dimata Islam pada
sosok Umar, kini lahir pemimpin yg mirip [insyaAllah] dan saya ingin merasakan
dipimpin oleh Presiden yang mau blusukan seperti Umar bin Khattab.
Selama kampanye jelas sekali apa yang beliau bawa untuk
memimpin bangsa ini bukanlah ambisi [tidak ada iklan jor-joran ambisius
bertahun-tahun mau jadi presiden], beliau maju karena didukung, beliau bukanlah
siapa-siapa, lahir dari keluarga yang biasa saja di Solo, beliau juga bukan
ketua partai, beliau bukan sanak saudara pemimpin sebelumnya, beliau tidak ada
trah presiden/wakil presiden sebelumnya, bukan besan presiden, beliau murni
lahir di rakyat dan menyeburkan dirinya dalam ranah politik untuk ambil estafet
kepemimpinan bangsa ini dari Pak SBY. Nah, sebab inilah saya punya keyakinan
after-taste ketika
Pak Jokowi resmi jadi presiden 2014-2019 semua pasang mata
bangsa Indonesia tersadarkan kemudian
akan tumbuh optimisme dari kalangan marginal yang wong cilik wong ndeso bahwa
mereka pun bisa bermimpi tinggi, bisa punya harapan, bisa mencapai cita-cita
setinggi bintang, bahkan menjadi presiden sekalipun.
Beliau muslim adalah syarat mutlak [saya pribadi] untuk
memimpin negeri ini. [yang udah gregetan mau bilang Ahok ntar jadi Gubernur
Jakarta klo doi jadi presiden!....tenang2 sabar, haha..] Saya menyadari hal ini
dan inilah yang dijadikan alasan beberapa ulama untuk tidak memilih pasangan Jokowi-JK. Sempat
ketar-ketir juga saya saat menyadarinya, banyak teman-teman
yang menukil alasan ini sehingga mereka beralih pilihan ke pasangan satu. Saya
telaah lebih dalam visi-misi kedua calon, saya ikuti debat capres-cawapres,
saya baca kisah-kisah Jokowi dan JK.
Saya temukan alasan logis :
- Kelebihan pasangan dua lebih banyak dari pada pasangan satu
- Kebaruan yg dibawa pasangan dua lebih mendesak dimasa transisi pemerintahan saat ini
- Jokowi tak serta merta tinggalkan Jakarta membiarkan Jakarta dipimpin seorang Nasrani, justru Jokowi memperkuat nilai kepemimpinannya di Jakarta dalam memutuskan perkara-perkata Ibu Kota dari Istana Presiden [tau ndiri program jokowi banyak ditolak/ditunda ma pusat pas jadi gubernur jkt kemaren] jadi saya rasa ini bisa jadi 'penawar' jika Jokowi benar-benar jadi Presiden. Selain itu saya yakin dengan fungsi kontrol masyarakat DKI Jakarta yang kritis pada pemimpinnya, itu bisa jadi pegangan.
*) saya cuma mau bilang sama partai yang menyebarkan isu ini
dan mengatakan Jokowi tidak amanah, partai itu munafik, dulu pas Jokowi
berhenti jadi Walikota Solo periode 2 mau maju jadi Gubernur Jakarta ngedukung
Jokowi, padahal Solo belum selesai masanya dan efeknya juga tau Solo jadi
dipimpin Nasrani. eh, sekarang pas Jokowi peduli mau jadi presiden dengan
konsekuensi yang sama dia menjilat ludah sendiri dengan pernyataan Jokowi ga
amanah. cuma bisa geleng2 kepala...
Poin Jokowi lainnya adalah merangkul selesaikan masalah
bersama. Pernah kah kalian merasakan rasanya memiliki sesuatu dan merasakan
tanggung jawab memilikinya? Itulah yang saya rasakan. Kala Pak Jokowi duduk
jadi Gubernur Jakarta, saya baru merasakan kehadiran pemimpin Jakarta. Perasaan
yang tidak/minimal sekali saya rasakan pada periode sebelumnya (cc : Pak Fauzi
Bowo, Pak Sutiyoso >> kalian top juga sih, Pak Sutiyoso : makasih pak buat
Transjakarta nya).
Gini nih maksudnya, ketika Jakarta dapat masalah contoh
banjir, Jokowi itu merangkul masyarakat termasuk dengan cara blusukan itu untuk
selesaikan masalah banjir, sehingga kala masalah banjir di Jakarta lalu respon
kritik pada Gubernur menurun dibandingkan periode gubernur sebelumnya, kenapa?
karena mayoritas warga jakarta tahu, he is working out there...dia lagi kerja
keras menyelesaikan masalah banjir itu, gubernur lagi basah-basahan ditengah
banjir, dia terlibat mengurusi masalah, dia bahu membahu selesaikan masalah
menggandeng masyarakat selesaikan masalah. Kekuatan merangkul masyarakat untuk
selesaikan masalah inilah yang dibutuhkan, sebuah budaya politik baru yang
'kena' banget dihati warga Jakarta (bukti : QC+RC sementara Jokowi-JK menang di
Jakarta, top kan?)
Kesan terakhir dari Pak Jokowi sebelum tanggal 9 Juli adalah
sifat tawakal beliau dimasa tenang tidak lagi sibuk cari dukungan
kesana-kemari. Beliau beserta keluarga dan tim sukses berangkat ke Tanah Suci untuk
Umrah, berdoa demi Indonesia yang lebih baik. [masih juga bilang pencitraan?
capek deh..] Beliau ini pembaharu budaya politik, tak cuma kali ini beliau
umrah, saat masa tenang pilkada solo periode satu & dua serta jakarta pun
beliau umrah. Jadi bukanlah lagi pencitraan namanya, ini adalah budaya politik
indah ala Jokowi namanya [Jokowi effect ? boleh...boleh...]
Refleksi dari sosok Jokowi, saya yakin Jokowi ga bisa pimpin
Indonesia! Yakin sekali malah..beliau bukan tipe pemimpin otoriter sehingga
basis kekuatan kepemimpinannya ada pada kepercayaan rakyatnya. Beda dengan tipe
pemimpin otoriter yang basis kekuatan kepemimpinannya adalah ketakutan
rakyatnya. [e.g. nya pemimpin otoriter ya pas ORBA, rakyatnya takut kan, hiiii.
skrg pilih mana? saya sih pemimpin yang ga otoriter berbasih trust nya rakyat]
So, Jokowi pasti gagal pimpin Indonesia jika tak penuh didukung rakyatnya.
Apalagi Jokowi ini kan banyak kekurangannya, sumber introspeksi Jokowi itu bisa
dilihat dari orang-orang yang ga suka sama beliau, eh...saya lihat banyak juga
ya kurangnya Pak Jokowi [namanye juga manusia gan! ^_^]. Makanya Jokowi ini
butuh dukungan superb dari rakyatnya, dan juga pasangannya.
Syarat pasangannya tentu : Harus Sama-Sama Hebat dengan
Jokowi, dan menurut saya harapan pasangan Hebat ini terwujud dengan hadirnya
Pak Jusuf Kalla yang saya hormati.
Pak Jusuf Kalla, [ini sih udah kelewat tua gan!] bener
banget, udah 72 tahun loooh....mampu!? Banyak pihak yang menyayangkan majunya
Pak Jusuf Kalla mendampingi Pak Jokowi, selain lebih pas jika jadi penasehat
presiden juga karena faktor usia. Tapi ternyata banyak juga dukungan mengalir
deras dari banyak pemuda Indonesia, bahkan banyak akademisi politik yang
terang-terangan mendukung pencawapresannya :)
Pak Jusuf Kalla memang tua secara biologis, tapi jiwa-nya
[banyak] lebih muda dan energik. Ibarat kata sebelum bangsa ini makmur dan
masalah cepat terselesaikan beliau tak akan istirahat. Yang membuat saya [turun
tangan] memutuskan pilih pasangan ini adalah faktor JK ini. Saya melihat JK
adalah sosok berpengalaman yang paling tepat memimpin bangsa Indonesia dewasa
ini. [bukti : nada negatif / kampanye negatif yg ditujukan pada JK sangat
minimal dibandingkan tiga orang yg laen : Jokowi, Prabowo & Hatta] Ini
sebuah tanda bahwa JK sudah diterima rakyat kebanyakan jika benar-benar
terpilih jadi wapres.
Sang blesteran NU-Muhammadiyah ini punya segudang prestasi,
mulai dari banyaknya gelar Honoris
Causa yang beliau terima dari Univeristas ternama di dalam
dan luar negeri hingga prestasi diplomatiknya yang berakhir manis dengan
perdamaian di Poso, GAM Aceh, Tsunami Aceh, dan Rohingya. Beliau adalah salah
satu kunci sukses pemerintahan Pak SBY di parlemen Indonesia Bersatu Jilid 1.
Konsep kerja beliau adalah lebih cepat lebih baik dan juga
inovatif. Banyak gagasan inovatif yang beliau laksanakan diluar mainstream yang
ada di pemerintahan. Salah satunya adalah kebijakan konversi minyak tanah ke
gas. Sebuah langkah berani dari Pak JK saat itu. Efek manfaatnya dirasakan luas
oleh masyarakat saat ini. Masalah masih ada terkait gas tersebut namun lewat
kebijakan tersebut Indonesia bisa move on dalam bidang energi :)
Kesan terakhir tentang Pak JK adalah ungkapan beliau ketika
duluuuu sekali di masa pilpres 2009, saat itu beliau ditanya, "Bapak akan
ngapain kalau tidak terpilih lagi?" "Saya akan pulang kampung, saya
akan berkontribusi untuk bangsa Indonesia" daaaan saya pun takjub, beliau
amanah, beliau realisasikan "kontribusi untuk bangsa" tsb dengan
berperan sebagai Ketua PMI, menjadikan PMI lebih modern dan mudah terakses [tau
kan skrg klo mau donor ada di Mall? itu tuh inovatifnya pak JK, top kan? yoi].
Dan juga sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia, menjadikan Masjid sebagai pusat
kegiatan umat Islam di Indonesia, pemrakarsa integrasi ekonomi islam dengan
masjid. Saya yakin kerja nyata Pak JK selama ini sangat bermanfaat untuk bangsa
Indonesia lima tahun yang akan datang.
Hehe...sudah merasakan gelombang yang seriama antara Pak
Jokowi & Pak JK ? Jika iya, itulah yang saya rasakan, mereka adalah harmoni. Terpilihnya No urut 2
semakin mengokohkan pasangan ini menjadi Harmoni dan Seimbang.
Alasan lain....
- Sangat sulit bagi saya percaya partai akhir-akhir ini, karena semua partai sudah terlibat korupsi, kecuali Nasdem [haha...wong belum pernah masuk pemerintahan] saya tak percaya partai termasuk partai2 dibelakang pak Jokowi-JK, dan juga semua partai koalisi Merah Putih nya pak Prabowo Hatta.
- Maka saya pilih pasangan dengan koalisi tanpa syarat, yang tak menjanjikan posisi apapun pada partai pendukungnya [pasti ada yg nanya : yakin tanpa syarat? haha...]
- Selain itu maka saya pilih yang koalisinya ramping, ga gemuk, ya berarti di pasangan nomor dua, hal ini meminimalisir dampak sistemik perilaku partai2 korup.
- Saya pilih tokoh dengan bukti nyata kerja nyata bukan tokoh dengan banyak mimpi
Saya turun tangan....
Saya bosan jadi penonton pilpres dari tahun ke tahun, sejak
saya melihat pasangan ini hati saya tergerak untuk turun-tangan bantu kampanye
Jokowi-JK. Belum pernah saya rasakan perasaan ini, perasaan ingin sekali bangsa
ini dipimpin oleh Jokowi-Jk [hei...hei...ini bukan fanatik ya! beda looh...sono
lihat diatas, saya pun mengkritik Jokowi toh]. Saya memutuskan turun tangan
agar saya tidak hanya jadi saksi hidup majunya bangsa ini, tapi jadi pelakunya.
Saya pun jujur tersemangati oleh perkataan Prof. Anies
Baswedan, Bangsa ini punya banyak masalah, masalah ini harus diselesaikan oleh
orang baik, kenyataannya banyak orang tidak baik di masalah tersebut, bukan
karena sedikitnya orang baik masalah tidak selesai, tapi orang baik ini ada
namun hanya diam dan mendiamkan orang baik untuk selesaikan masalah bangsa.
Saya turun tangan untuk tidak diam dan mendiamkan orang baik
~Jokowi-JK~ untuk memegang otoritas tertinggi negeri ini. Saya pilih jadi relawan
turun tangan untuk bantu keduanya pegang mandat rakyat. Saya terlibat,
saksikanlah! Bismillah...
[final Argentina - Jerman, mulai....] galaauu...mau nonton.
demi bangsa ini saya lanjutkan...haha..
Saya hormati pilihan anda, hormati juga pilihan saya.....
Pilpres kali ini sebenarnya sederhana saja jika ingin damai,
pegang kata-kata "Saya hormati pilihan anda, hormati juga pilihan
saya". Kita memang boleh mempengaruhi orang lain untuk setuju dengan
pilihan kita,, namun ada batasnya, jangan paksakan kehendak.
Pengalaman saya di media sosial banyak sekali yang menyayangkan
pilihan saya jatuh pada pasangan nomor dua. Berbagai alasan dan input saran
mereka berikan agar saya mau berubah haluan, bahkan ada yang tiap hari whatsapp
saya untuk mendukung nomor 1 dengan mengirimkan pada saya hal-hal buruk dari
pasangan yang saya dukung. Etis kah? Itukah Islam? Memaksakan kehendak? Jika
tidak sesuai dengan pilihan kalian lalu jatuh pada marah, emosi, diungkapkan
dengan kata-kata tidak sopan, cenderung kasar?? pikir... [cak lontong..hehe].
Sejauh ini saya tidak pernah ungkapkan ketidaksetujuan dengan kasar
membabibuta, kita muslim sopan lah..
Quick Count, sang penghacur persaudaraan....
Sebuah kejadian langka terjadi pada Pilpres 2014, secara
mengejutkan kedua calon mengklaim kemenangannya berdasarkan hasil hitung cepat.
Yang bener aja!? Jelas yang salah disini adalah lembaga survey nya. Quick Count
menggunakan dasar perhitungan yang ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan.
Itulah mengapa dalam banyak kesempatan hasil Quick Count selalu hampir sama
dengan Real Count. Ada dua hasil yang berbeda ini membuat kondisi menjadi
rumit, dan jelas berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat.
Kalau sampai ada kerusuhan dan konflik besar setelah
pengumuman resmi KPU 22 Juli nanti, maka pihak yang bertanggung jawan adalah
lembaga survey.
Sebenarnya ada obat cepat mengantisipasi konflik ini :
1. Harus ada pasangan yang mengalah dan secara kesatria
mengakui kemenangan pasangan lainnya.
2. Lembaga survey abal-abal mengakui kesalahannya
[siapa tuh yang harus ngaku kalah? ya pikirkan sendiri, clue
nya ya hasil surveyor kredibel yg biasa sesuai tiap ada pilpres dan pilkada
sebelum pilpres ini]
Jika kedua obat cepat ini terpenuhi, insyaAllah sembuh tanpa
harus ada yang terluka.
Kritik saya pada kedua calon :
Disini saya mengkritik sikap tak dewasa yang ditunjukan Pak
Prabowo baik pada media nasional maupun internasional, mengapa? karena
pernyataan2 beliau di media2 tersebut justru menjatuhkan dirinya sendiri dan
martabat bangsa. Apa untungnya Prabowo mengatakan hal-hal seperti itu pada
media seperti BBC?[cari sendiri video nya ya...]
Untuk Jokowi saya mengkritik sikap tidak tegas bapak ketika akan
memberikan bantuan donasi untuk palestina, ada perbedaan pernyataan antara
bapak dengan Pak JK. Semoga kedepan lebih kompak ya pak. Saya percaya isu
palestina yang diutarakan Pak Jokowi akan direalisasikan, itu janji saya akan
pantau pak! :)
Kritik saya
pada kedua pendukung :
Jangan
umbar kata-kata aneh ini, “duh kalo pasangan ini yang jadi presiden kita, terima
aja tuh dosa buat yang milihnya” haha..memangnya yang kasih pahala sama dosa
anda? Pikir.. [cak lontong]
Jangan umbar data/berita tidak jelas. contoh : pemberitaan kalau Jokowi itu non-Islam, berita kacangan kayak gini yo masak masih disebarin...
Kalau mau fair unggulkan calon masing-masing, ceritakan saja kebaikan-kebaikan calon tsb, jangan heboh cerita kejelekan pasangan lain yang sumbernya juga ga jelas.
Jangan terperangkap isu bahwa segelintir orang dibelakang calon akan mempengaruhi si calon presiden & calon wakil presidennya. Seperti orang-orang dibelakang Pak Jokowi-JK ada tokoh-tokoh JIL, saya akui itu mengganggu, namun seperti yang saya katakan diawal saya memilih sosok bukan yang mendukungnya, saya tidak percaya orang2/partai dibelakang calon tsb. Jadi jangan generalisir bahwa kebijakan Jokowi-JK akan didikte oleh segelintir satu dua orang dibelakang mereka. Kalau mau bandingkan, dibelakang pasangan Nomor Satu memang tidak ada orang-orang liberal nya? orang-orangnya baik semua? Tidak bisa pastikan bukan ? Oleh sebab itu jangan sepenuhnya korelasikan antara calon dgn pendukungnya..
Jangan umbar data/berita tidak jelas. contoh : pemberitaan kalau Jokowi itu non-Islam, berita kacangan kayak gini yo masak masih disebarin...
Kalau mau fair unggulkan calon masing-masing, ceritakan saja kebaikan-kebaikan calon tsb, jangan heboh cerita kejelekan pasangan lain yang sumbernya juga ga jelas.
Jangan terperangkap isu bahwa segelintir orang dibelakang calon akan mempengaruhi si calon presiden & calon wakil presidennya. Seperti orang-orang dibelakang Pak Jokowi-JK ada tokoh-tokoh JIL, saya akui itu mengganggu, namun seperti yang saya katakan diawal saya memilih sosok bukan yang mendukungnya, saya tidak percaya orang2/partai dibelakang calon tsb. Jadi jangan generalisir bahwa kebijakan Jokowi-JK akan didikte oleh segelintir satu dua orang dibelakang mereka. Kalau mau bandingkan, dibelakang pasangan Nomor Satu memang tidak ada orang-orang liberal nya? orang-orangnya baik semua? Tidak bisa pastikan bukan ? Oleh sebab itu jangan sepenuhnya korelasikan antara calon dgn pendukungnya..
Cukup banyak curhatan pilpres 2014 kali ini....
Semoga 22 Juli nanti #Salam2Jari benar-benar menang.
Dan Indonesia dipimpin oleh orang yg mengemban kepercayaan
rakyat :)
Bekasi, 14 Juli 2014
02.40 wib
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar...