Sebuah tema kesukuan yang jarang saya angkat dalam blog saya. Saya tertarik karena memang faktanya orang minang itu ada dimana-mana. Dan saya yang juga keturunan orang Minang mengakui hal ini. Percaya atau tidak terkadang hanya dengan melihat wajah seseorang saya bisa membedakan apakah ia orang Minang atau bukan. Jika tidak bisa setidaknya saya bisa membedakan apakah ia orang sumatera atau bukan.
Ingat sekali ketika saya masih kuliah di ITB. Saya banyak mendapatkan teman baru. Dan ketika diawal perkenalan sering saya langsung menebak, "Orang awak ya?" ~awak : panggilan bagi orang minang. "Iya, kok bisa tau?" dan setelah itu perbincangan akan lebih cair dan pada akhirnya saya dekat dengannya.
Sebenarnya saktinya kekuatan ikatan kesukuan ini juga berlaku bagi suku lain. Tapi karena orang Minang ada dimana-mana, hal ini menjadi cukup 'sakral' dan sering terjadi bagi mereka ~kami (hehe..). Saya sering sekali menebak lawan bicara saya, mau dia pedagang, OB, tukang bangunan, kalau sudah sama suku dan saya bisa menebak diawal perbincangan pasti setelahnya kami akan saling tanya dan makin akrab. Apalagi kalau ternyata dia pedangang, dan saya jadi pembelinya, bisa-bisa saya dapat diskon khusus atau bahkan gratis, tentunya dengan kongkalingkong cuap-cuap pake "baso minang" ~bahasa minang ^^
Orang Minang ada dimana-mana memang tidak terlepas dari adat yang seperti mewajibkan lelaki untuk merantau. Ada perasaan malu dan tidak terhormat (mungkin..) jika laki-laki asli minang tidak pergi merantau. Ya, mirip-mirip dengan suku madura yang juga suka merantau.
Saya rasa istilah "Orang Minang Ada dimana-mana" memang harus diakui semua orang. Cobalah kita lihat Jakarta sebagai barometer utama, berapa banyak kita temukan Rumah Makan Padang, gerobak-gerobak sate padang, kupat tahu padang. Mereka berseliweran dimana-mana di ibukota Jakarta. Begitu pun di Bandung, di kampung saya Cianjur (Jawa Barat), dan Jawa secara keseluruhan, serta menyebar hampir keseluruh kepulauan Indonesia.
Bahkan orang minang juga menyebar keseluruh dunia. Baik dinegara orang dia belajar dan juga berdagang. Selanjutnya fakta ini memang tidak bisa dipungkiri bahwa dengan adatnya banyak orang Minang yang memegang peranan penting di berbagai posisi strategis pemerintahan. Berapa banyak menteri negara ini yang asli orang Minang?
Manfaat dari merantau inilah yang membuat orang Minang bisa exist dimanapun ia berada. Semangat bekerja keras, pantang menyerah, mudah beradaptasi, pandai berkawan, dan tentunya "pandai dagang" ~"pa-dang" bisa menjadi pelajaran bagi siapapun.
Saya mencari-cari artikel terkait tulisan saya ini. Ada sebuah artikel yang menuliskan adanya anekdot terkait "orang minang ada dimana-mana" :"andai saja ada kehidupan di bulan, pastilah juga ada orang Minang di sana"
hahahaha...luar biasa memang orang minang, dan saya bersyukur menjadi keturunan orang minang.
Jadi ingat postingan saya yang terdahulu tentang "MERANTAU" disini.
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang
Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran
Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Biji emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa
jika di dalam hutan.
Imam Syafii
Kata mutiara dari Ulama terkenal ini diajarkan kepada
siswa tahun ke-4 di Pondok Modern Gontor
pradipta suarsyaf juga orang awak.. :)
Sabtu, 07 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar...