Yvonne Ridley. (Foto: sheikyermami.com) |
Orang biasa kemungkinan besar dilanda ketakutan selama disandera prajurit perang. Namun Yvonne Ridley berbeda. Justru karena penyandraan yang menimpanya, ia mulai mengenal dunia Islam. Yvonne yang sedang bekerja untuk media Sunday Express sempat ditahan oleh pasukan Taliban selama 10 hari.
Banyak hal yang berubah pada dirinya. Perempuan kelahiran
Inggris, 23 April 1958 ini kini memilih Islam sebagai agamanya. Perjalanan hidup yang berliku telah banyak mempengaruhi kehidupannya. Khususnya adalah peristiwa penyanderaan dirinya oleh pasukan Taliban di Afghanistan 2001 silam. Ia ditangkap karena memasuki wilayah Afghanistan tanpa memiliki surat izin.
Awalnya, Yvonne dihantui perasaan takut. Ia mengira akan segera mati dalam tahanan Taliban. Walaupun pada saat itu para prajurit Taliban bersikap baik, tetapi rasa was-was terus bersemayam dalam diri perempuan itu. Baginya, disandera oleh Taliban adalah mimpi buruk yang sangat menakutkan.
Pemberitaan-pemberitaan yang dilansir oleh berbagai media terhadap Taliban bisa dibilang sangat menakutkan. Yvonne terpengaruh dengan propaganda yang mengatakan Taliban sebagai rezim paling kejam di dunia. Sentimen-sentimen negatif itulah yang membuat dirinya berpikir tentang kematian selama ditahan. Yvonne terus memikirkan kapan saatnya orang jahat yang membawa alat penyetrum muncul dan menyiksa dirinya. Nyatanya, semua itu tak pernah terjadi.
Selama sepuluh hari dalam tahanan, ia melakukan mogok makan. Namun, para penahannya tetap menyajikan makanan untuknya tiga hari sekali. Setiap kali tiba waktu makan, mereka datang ke ruangannya dan mencuci tangannya dengan sekendi air. Rasa takut itu akhirnya sirna. Bayangan ketakutan yang dipikirkannya sama sekali tidak terbukti. Mereka selalu mengatakan kepadanya bahwa ia adalah tamu mereka. Mereka sungguh gusar karena ia tidak mau makan dan mencoba membujuknya agar mau makan, termasuk dengan menawarinya anggur.
Peristiwa penahanan oleh Taliban di Afghanistan itu telah merubah garis hidupnya. Keramahan para penyandera membuat dirinya mulai tertarik dengan Islam. Melalui serangkaian peristiwa penahanan dirinya, ia kini justru mengenal Islam lebih dekat. Ia mematahkan stigma negatifnya tentang Islam. Kemudian, ia memilih menjadi mualaf.
Penggal-penggal cerita saat penyanderaan dirinya itu kini akhirnya mewujud menjadi sebuah buku berjudul, In The Hands of The Talibans. Buku itu kini telah diterjemahkan oleh penerbit Mizan dengan judul Dari Penjara Taliban Menuju Iman.
Setelah penyandreaan berakhir, ia terlibat dalam gerakan anti-perang. Selain itu juga ia ikut ambil bagian dalam partai politik Respect. Pun, kini Yvonne memfokuskan reportasenya terhadap isu-isu kemanusiaan. Ia telah beberapa kali kembali ke Afganistan, juga mengunjungi Palestina dan Irak.
Yvonne membulatkan tekad untuk keluar dari Sunday Express. Kini bekerja untuk Aljazeera dan beberapa media Islam lainnya. Yvonne juga dikenal sebagai kolomnis yang sangat vokal dalam membela Islam. Lewat tulisan-tulisannya, Yvonne seolah ingin memberitahu dunia bahwa Islam tidak seseram apa yang dikatakan oleh banyak orang di dunia. Ia berusaha keras untuk melepaskan belenggu gerakan Islamophobia yang melanda dunia Barat dewasa ini. Yvonne terus berjuang membela Islam sesuai dengan kapasitasnya sebagai seorang jurnalis.
Secara keimanan, Yvonne mengaku merasa lebih tenang. Rasa takut berlebih akan kematian, kini tak lagi terjadi. Kini sebagai seorang Muslim, ia merasa lebih kuat dan sungguh-sungguh tidak takut pada apapun, kecuali kepada Allah.***
Source : http://salmanitb.com/
Source : http://salmanitb.com/
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar...