Oleh : Pradipta Suarsyaf, CH, CHt.
Saat ini kita berada di tahun 2011. Sebuah tahun yang sangat dekat dengan tahun 2015. Tahun 2015 adalah tahun dimana seluruh masyarakat dunia mendukung atas pencapaian suatu tujuan ambisius. Tujuan ini dinamakan Millenium Development Goals (MDGs). Pada September 2000, tujuan ini dideklarasikan pada Konferensi Tingkat Tinggi Millenium yang dihadiri oleh pimpinan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Millenium Development Goals merupakan sebuah paket berisi delapan tujuan utama yang mempunyai batas waktu tahun 2015 dan target yang sangat terukur.2 Delapan tujuan itu adalah memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem, mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan Ibu, memerangi HIV & AIDS, malaria serta penyakit lainnya, memastikan kelestarian linkungan, dan membangun kemitraan global untuk pembangunan.
Seiring dengan berjalannya waktu tak terasa MDGs sudah memasuki kuartal terakhir. Hanya tinggal empat tahun lagi seharusnya kita bisa menyaksikan perubahan-perubahan besar yang ditargetkan. Namun sayang sekali, berdasarkan data-data yang ada mengenai perkembangan MDGs khususnya di Indonesia dan Negara-negara berkembang lainnya, kita tidak akan mencapai tujuan ambisius tersebut. Begitu banyak hal yang terjadi termasuk krisis pangan dan keuangan serta begitu luasnya Indonesia menjadi kendala tercapainya MDGs.
Memang saat ini kita menyaksikan banyak kemajuan dalam berbagai bidang jika dibandingkan dengan Indonesia tahun 1990. Pembangunan diberbagai bidang yang luar biasa telah cukup meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Namun masih cukup jauh jika kita merujuk pada tujuan spesifik dari MDGs.
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dr. dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, M.PH pada Januari 2011 lalu berikut adalah kemajuan MDGs bidang kesehatan yang dicapai Indonesia :
Target MDG 1 terkait memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem. Target paling menentukan adalah prevalensi gizi kurang dan gizi buruk. Prevalensi Gizi Kurang telah menurun secara signifikan, dari 31.0 % pada tahun 1989 menjadi 17.9 % pada tahun 2010. Dalam pada itu prevalensi gizi buruk turun dari 12.8% pada tahun 1995 menjadi 4.9 % pada tahun 2010.
Target MDG 4 terkait dengan penurunan kematian balita. Angka Kematian Balita, Bayi, dan Neonatal terus mengalami penurunan. Data Suvey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan Angka Kematian Balita sebesar 44/1000, Angka Kematian Bayi 34/1000, dan Angka Kematian Neonatal 19/1000.
Sedangkan inilah target MDGs bidang kesehatan yang cukup sulit dicapai beberapa tahun kedepan :
Target MDG 5 terkait dengan penurunan angka kematian ibu (AKI). Indikator AKI merupakan salah satu indikator yang diramalkan sulit dicapai. Tidak hanya di Indonesia akan tetapi di banyak negara berkembang di dunia. Data terakhir pada 2007 menunjukkan AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, masih jauh dari target MDGs sebesar 102/100.000 kelahiran hidup.
Target MDG 6 yang terkait dengan penyakit HIV. Jumlah kasus HIV yang masuk perawatan mengalami peningkatan, tahun 2010 sebanyak 15.275 orang. Sedangkan jumlah kasus AIDS pada tahun 2010 sebanyak 4.158 orang.
Setidaknya masih ada empat tahun untuk mengejar tujuan-tujuan mulia dari MDGs. Tentunya dalam mencapai tujuan tersebut kita harus sepakat bahwa MDGs merupakan tugas seluruh elemen masyarakat, termasuk bagi mahasiswa. Mahasiswa bisa dimasukan dalam anggota tertentu dalam masyarakat. Mahasiswa berbeda dengan anggota masyarakat lainnya. Mahasiswa yang secara umum memiliki cara pemikiran yang luas dan cenderung idealis bisa menjadi sebuah kekuatan yang sangat mendukung terwujudnya MDGs.
Kembali pada kandungan dari MDGs. Jika kita perhatikan dari kedelapan MDGs, empat diantaranya merupakan MDG yang berada dalam ruang lingkup kesehatan. Suatu hal yang menarik, hal ini menjadi bukti bahwa kesehatan merupakan komponen utama yang sangat diperhatikan oleh masyarakat dunia. Dan bisa kita simpulkan bahwa segala yang terkait dengan peningkatan faktor kesehatan masyarakat merupakan komponen penting dalam percepatan terwujudnya MDGs.
Segala hal yang terkait misalnya fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas, kemudian pelayan kesehatan itu sendiri seperti dokter, perawat, bidan, sampai dengan komponen kesehatan lainnya seperti mahasiswa bidang kesehatan, baik itu mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat, keperawatan, farmasi, dan juga pendidikan dokter merupakan elemen masyarakat yang perlu dimaksimalkan perannya.
Mahasiswa kedokteran diyakini memiliki peran yang sangat penting dalam menyambung tali kesehatan masyarakat Indonesia di masa yang akan datang. Dan potensi peran yang besar ini bisa dijadikan semacam cambuk untuk bisa berperan sejak masih kuliah. MDGs bisa menjadi trigger sehingga seorang mahasiswa kedokteran bisa memberikan kontribusi positif bagi percepatan pencapaian target MDGs.
Setidaknya ada 3 peran kontributif yang bisa dimainkan seorang mahasiswa kedokteran demi tercapainya MDGs.
Pertama, sebagai agent of health. Apabila kita langsung kaitan dengan MDGs maka seorang agent of health merupakan garda terdepan dalam membina hubungan yang baik kepada masyarakat. Tentunya dengan tujuan agar masyarakat menjadi lebih peduli dengan kesehatan mereka dan pada akhirnya mereka faham bahwa kesehatan adalah suatu hal yang mahal. Misalnya dengan akses nya yang lebih leluasa dalam bidang kesehatan maka mahasiswa kedokteran akan lebih mudah melakukan berbagai kegiatan yang merangsang masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Kedua, sebagai agent of change. Tentunya kita mengharapkan kualita kesehatan masyarakat Indonesia terus meningkat dan mencapai MDGs empat tahun yang akan datang. Mahasiswa kedokteran bisa menjadi penggerak perubahan tersebut. Misalnya, dengan pengetahuannya akan bahaya merokok seorang mahasiswa kedokteran mengadakan seminar, kampanye bebas rokok, sampai dengan aksi long march di Hari Tanpa Tembakau sedunia yang jatuh pada 31 Mei.
Ketiga, sebagai agent of development. Peran ini bersinergi dengan peran agent of change. Setiap usaha yang dilakukan demi menuju perubahan yang lebih baik, utamanya menuju MDGs, bisa terus dipertahankan dan dikembangkan pada masa yang akan datang. Tentunya MDGs bukanlah tujuan akhir dari setiap tujuannnya. Mahasiswa kedokteran baik saat ini dan seterusnya mempunyai tanggung jawab meneruskan cita-cita MDGs.
Diluar semakin dekatnya akhir dari program ambisius Millenium Development Goals pada tahun 2015, saat ini mahasiswa memiliki peranan penting yang setidaknya dapat membantu mempercepat terwujudnya MDGs. Secara khusus bagi mahasiswa kedokteran, ia memiliki peran yang besar terkait dengan peranannya sebagai agent of health, agent of change, dan agent of development. Dari setiap perannya tersebut maka bukan tidak mungkin program MDGs bisa terus bergulir walaupun telah melewati tahun 2015 dan akan muncul MDGs-MDGs dalam rentang tahun selanjutnya. Maka Indonesia yang sehat akan segera hadir dihadapan masyarakat Indonesia, tentunya dihadirkan oleh seorang mahasiswa kedokteran Indonesia.
Referensi :
1. Stalker, Peter. Kita Suarakan MDGs Demi Pencapaiannya di Indonesia ; Bappenas & UNDP. 2008.
[online]. Cited on April 25, 2011. Available from : URL : http://www.undp.or.id/pubs/docs/Let%20Speak%20Out%20for%20MDGs%20-%20ID.pdf
2. Fauzi, Ridwan. Notulensi Kajian : Menghitung Mundur MDGs 2015 (Goal 4 & 5) ; Antara Cita-Cita dan Realita. Jakarta : HS Community
3. Departemen Kesehatan : Target MDGs Bidang Kesehatan. 2011. [online]. Cited on April 25, 2011. Available from : URL : http://wartapedia.com/kesehatan/medis/1456-depkes-target-mdgs-bidang-kesehatan.html
Sabtu, 30 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar...