Sedang webwalking eh dapat sepucuk surat dari Dosen FKIK UIN Syarif Hidayatullah yang sedang mengambil program Doktoral di Jepang. Beliau -Bu Fajar Ariyanti- menceritakan kisahnya saat bencana Gempa disertai Tsunami melanda Jepang awal bulan ini. Semoga bermanfaat....^^
Surat dari bu Fajar
Ass Wr Wb,
Maha Suci Allah yang telah melindungi Kami dan keluarga serta saudara-saudara dan rekan-rekan lainnya yang berada di Jepang.
Saya mengucapkan terimakasih atas simpati dan doa dari keluarga, kerabat, dan teman2 sekalian. Do'a yang tulus dari keluarga dan rekan-2.. yang tak pernah putus dipanjatkan siang dan malam telah menghantarkan kam...i kembali ke tanah air dengan keadaan selamat.
Seperti mimpi rasanya bisa berada di Indonesia kembali. Tidak pernah terbayangkan ataupun terpikirkan... yang ada hanyalah pasrah serta do'a dan harap kepada Allah semoga Allah melindungi kami semua dari bencana ini.
Sebelum gempa besar hari Jum'at, sudah ada gempa-gempa kecil sebelumnya, bahkan 2 hari sebelumnya pada hari rabu terjadi gempa 7,2 SR di tempat kami. Saat itu kami berpikir apakah ini gempa yang ditunggu2 warga Sendai. Memang berdasarkan prediksi para ahli akan terjadi gempa BESAR di Sendai pada tahun 2011 berdasarkan siklus 30-tahun yang lalu. Karena itu sebagaian penduduk sudah menyiapkan emergency bag untuk menghadapi gempa besar tersebut. Setelah itu saya mulai mencoba untuk mengumpulkan data2 penting termasuk passport, dll.
Saat gempa besar hari Jum'at 9,0 SR terjadi, saya sedang berada di pusat kota, saat itu ada keperluan mendesak yang harus saya selesaikan. Tiba2 terdengar suara gemuruh, Alhamdulillah pada saat itu saya bertemu dengan suami yang baru dari Masjid. Tiba2 semua orang berlari keluar dan berasa sekali bangunan di atas saya akan runtuh. Saya tidak bisa berjalan stabil untuk keluar dari gedung karena goncangan yang dasyat sangat terasa seperti diayun-ayun. Alhamdulillah saya berhasil sampai di Jalan raya bersama sekian banyak orang lainnya. Lemas sekali rasanya badan ini apalagi gempa susulan yang sebentar2 mengayunkan kami. Pada saat itu hanya do'a yang tak pernah lepas dari mulut kami apalagi ketika kami melihat ke atas gedung2 tinggi disekeliling kami bergoyang seakan2 mau segera menimpa kami.
Pelan-pelan kami berjalan kembali ditengah kepanikan orang-orang apalagi gempa susulan terus menerus menggoyangkan kami.. Saat itu tujuan kami adalah menjemput anak2 disekolah. Pertama kali kami menjemput anak kedua dan ketiga kami di Nursery school. Kami harus berjalan kaki sejauh 4 KM ditemani derasnya hujan salju. Sepanjang mata memandang semua terlihat putih dengan salju hingga jas yang kami gunakan pun menjadi tebal dengan salju. Pada saat itu kami tidak peduli yang penting adalah mengetahui kondisi anak2 disekolah. Sebenarnya kami sedikit tenang karena sekolah2 di Jepang dari mulai Nursery school, TK, SD, SMP, SMA cukup aman untuk anak2 berlindung dari gempa, sekolah memiliki lapangan yang cukup luas untuk tempat evakuasi dan anak2 juga sudah disiapkan dan dilatih oleh sekolah untuk menghadapi gempa.Alhamdulillah akhirnya kami bisa bertemu dengan dua anak kami. Dan tugas berikutnya adalah menjemput anak pertama kami di SD (shogakkou), bersama dua anak kami kami berjalan kembali sejauh 3 KM menuju sekolah anak pertama kami.
Alhamdulillah.. kurang lebih 3 jam setelah gempa kami sekeluarga dapat berkumpul kembali. Akhirnya kami memutuskan untuk tetap tinggal di rumah, karena standar design rumah di Jepang cukup kuat dari gempa, walaupun pada saat itu isi rumah kami bertebangan karena goyangan gempa . Ada 1 keluarga lain bergabung tinggal di rumah kami. Pada saat itu listrik, air mati, bahan makanan sangat terbatas, pertokoan tutup, dan kalaupun buka harus mengantri selama 2 jam.
Alhamdulillah.. warga Indonesia di Sendai sangat kompak, kami membuat dapur umum di rumah saya dengan sisa gas yang ada.. kami mengumpulkan seluruh bahan makanan yang masih tersisa di rumah2 orang Indonesia.. kemudian kami masak dan distribusikan ke warga Indonesia yang sebagian besar mengungsi. Karena air dan listrik mati, maka kami mencoba mencari sumber air di beberapa tempat untuk memasak. Sementara untuk urusan toilet kami mengambil salju dan menunggunya hingga mencair.
Malamnya kami tidak bisa tidur.. karena harus berjaga.. gempa susulan selalu menggoyang kami... apalagi pada malam itu sangat dingin minus 2 derajat celcius.
Esok harinya suasana sedikit mencekam ketika dikabarkan meledaknya Nuklir di fukushima... sementara jarak dari Fukushima ke tempat kami kurang lebih 120 KM dan Fukushima adalah wilayah yang harus kami lalui jika kami ingi pergi ke arah selatan/Tokyo. Ya Rabb... cobaan apalagi yang Engkau berikan... Kuatkan kami Ya Rabb.. Lindungi kami. Rasanya lemes sekali mendengar berita itu.. Tidak tahu harus kemana kami berlari.. rasanya semua jalan sudah tertutup... Kami hanya bisa pasrah dan berdo'a semoga semua segera normal.
Kami berusaha untuk saling menguatkan.. jangan sampai kami hilang semangat dan stress, apalagi anak2.. mereka kami biarkan untuk tetap bermain di halaman rumah seperti biasanya.
Pada hari minggu kami mendapatkan kabar bahwa KBRI akan mengevakuasi kami ke Tokyo.. Senang dan cemas berkecamuk jadi satu.. Evakuasi ke Tokyo berarti kami harus melalui Fukushima.. berarti kami harus terpapar radiasi nuklir...Kami sudah pasrah.
Malamnya pukul 23:00 kami dievakuasi ke Tokyo menggunakan 2 bus.. Perjalanan dari Sendai ke Tokyo sedikit mencekam karena sebenarnya jalur highway dari Sendai ke Tokyo sudah ditutup karena banyak jalan yang rusak, tapi pada saat itu KBRI mendapatkan ijin untuk menggunakan jalur tersebut. Awalnya ketika memasuki jalur highway kami dipandu oleh tentara Jepang, tapi setelah itu kami harus melalui jalur tanpa mereka. Pada saat itu hanya 2 bus kami yang melalui jalur tersebut.. suasana sangat sepi.. jalur yang kami lalui betul2 telah ditutup untuk umum. Kami hanya pasrah.. jika ada apa2 berarti hanya 2 bus kami saja... sementara gempa terus menggoyang kami di dalam bis.
Alhamdulillah.. Maha Suci Allah.. Pagi harinya kami sampai di Tokyo dengan selamat. Kami diterima dengan baik oleh KBRI Tokyo. Kami sangat bangga kepada KBRI Tokyo yang sangat cepat tanggap dengan situasi yang terjadi di Jepang. Esok harinya selasa, 15 Maret, kami adalah rombongan pertama yang dipulangkan ke Tanah Air dengan 94 warga Indonesia lainnya. Alhamdulillah kami bebas dari radiasi setelah di check di Bandara Soekarno Hatta.
Sebenarnya kami sangat sedih meninggalkan Sendai.. meninggalkan Saudara2 kami, Sensei kami, Professor kami, yang saat ini juga sedang berjuang di tengah krisis yang terjadi.
Ya Rabb lindungilah saudara2 kami yang masih berada di Jepang...
Wass Wr Wb,
Fajar Ariyanti
Ph.D Candidate
Division of International Health (Quality and Health System)
Tohoku University Graduate School of Medicine
Sendai - Japan
Lecturer of Faculty of Medicine and Health Sciences
The State Islamic University of Syarif Hidayatullah
Jakarta - Indonesia
Selasa, 22 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
jadi makin pengen ke jepang... Klo gini terus, si dipta bisa gw bagi semua link2 komunitas jepang gw nih...Biar laris-manis blognya...^^
Iqi-kun : walaaah... boleh tuh fik.. cuma jangan kasih gw ^Terashi^ y... haha ^^V
Posting Komentar
Silakan berkomentar...