Wah... wah... bisa ditebak Anda akan menuduh saya paling kayak kemaren, nipu untuk menarik orang-orang berkunjung ke blog ini. Sekali kali jangan, soalnya yang ini beneran.... Sebuah pohon di bagian belakang kampus ITB tumbang. Kayaknya sih karena kemarennya (28/04/2009) hujan lebat disertai sapuan angin kencang yang buat pohon itu tumbang.
(emang sih judulnya masih tetap hiperbol... padahal pohonnya gak gede-gede amat)
Pagi itu seperti biasa saya dan teman saya kudu bawa 5 kotak gorengan buat jualan di kelas – kelas kuliah, biasa buat ndanai Gamais Peduli yang acaranya tinggal hitung hari, 2-3 Mei 2009. --- do’akan supaya Gamais Peduli ini sukses, ok? ---- Naek motor bareng teman saya, Almas, ke kampus. Singkatnya nyampe dan jalan mau ke kelas, ditengah perjalanan kami melihat pohon besar n tua di samping Gedung Sekolah Bisnis Manajemen ITB tumbang. Langsung dengan refleks saya keluarkan hp saya untuk mengabadikan peristiwa tersebut. Iseng juga ya? Ha3... Padahal pagi itu pegawai2 ITB pada ngumpul di sekeliling gedung itu. Lagi mikir kali gimana nyingkirin ntu pohon... Saya malah asyik jepret2...
Tapi keisengan memfoto kejadian itu ada baiknya juga. Karena tidak semua orang mau mengabadikan moment itu, foto itu jadi sesuatu yang langka dan bisa jadi bahan berita seperti ketika Anda tertarik akan judul posting saya kali ini. Bener gak?
Setidaknya itulah yang saya pelajari dari Seminar Jurnalistik ‘Create Your News’ di Salman ITB, 2 hari sebelum pohon itu tumbang. Intinya kita sebagai masyarakat seharusnya bisa menjadi Citizen Jurnalism dimanapun dan kapanpun. Inilah yang sudah berkembang dinegara-negara maju. Yang menjadi pencari berita itu tidak hanya jurnalis tapi juga masyarakat sekitarnya. Kalo dipikir-pikir sih benar juga, soalnya gak di setiap kesempatan dan kejadian ada jurnalis. Bener gak?
Contoh bagus adalah dari radio Elsinta. Pernah dengar siarannya tentang keadaan lalu lintas? Siapa yang menjelaskan keadaan disuatu tempat macet atau padat merayap? Bukan jurnalis dari Elsinta loh, tapi masyarakat yang menjadi jurnalisnya. Canggih kan?
Kayak pohon itu coba, misalkan pohon itu benar2 mengenai gedung SBM ITB, nah lo.... pasti saat itu gak ada jurnalis kan? Nah, peran kita yang iseng motret-motret bisa menjadi bahan berita bukan? Judul beritanya bisa aja kayak diatas tanpa ‘nyaris’ tentunya. Dan bisa disajikan untuk berita / posting kayak gini / atau kalau mau lebih iseng kirim ke media massa. Dapat honor untuk bayar kosan kan lumayan, ya gak?
Intinya gak semua yang kau lihat itu tak berguna! Atau malah lebih banyak bergunanya. Karena baik ketika kita melihat kebaikan dan keburukan kalau kita menyikapinya dengan sikap terbaik seorang muslim pastilah akan bermanfaat.
Ok, segitu aja untuk kali ini! Ada sedikit ilmu : Abadikan setiap moment yang menurut ada menarik, unik, dan aneh lainnya! Siapa tau itu bisa bermanfaat.
Semoga manfaat!
[deepmoslem_itb]
Pagi itu seperti biasa saya dan teman saya kudu bawa 5 kotak gorengan buat jualan di kelas – kelas kuliah, biasa buat ndanai Gamais Peduli yang acaranya tinggal hitung hari, 2-3 Mei 2009. --- do’akan supaya Gamais Peduli ini sukses, ok? ---- Naek motor bareng teman saya, Almas, ke kampus. Singkatnya nyampe dan jalan mau ke kelas, ditengah perjalanan kami melihat pohon besar n tua di samping Gedung Sekolah Bisnis Manajemen ITB tumbang. Langsung dengan refleks saya keluarkan hp saya untuk mengabadikan peristiwa tersebut. Iseng juga ya? Ha3... Padahal pagi itu pegawai2 ITB pada ngumpul di sekeliling gedung itu. Lagi mikir kali gimana nyingkirin ntu pohon... Saya malah asyik jepret2...
Tapi keisengan memfoto kejadian itu ada baiknya juga. Karena tidak semua orang mau mengabadikan moment itu, foto itu jadi sesuatu yang langka dan bisa jadi bahan berita seperti ketika Anda tertarik akan judul posting saya kali ini. Bener gak?
Setidaknya itulah yang saya pelajari dari Seminar Jurnalistik ‘Create Your News’ di Salman ITB, 2 hari sebelum pohon itu tumbang. Intinya kita sebagai masyarakat seharusnya bisa menjadi Citizen Jurnalism dimanapun dan kapanpun. Inilah yang sudah berkembang dinegara-negara maju. Yang menjadi pencari berita itu tidak hanya jurnalis tapi juga masyarakat sekitarnya. Kalo dipikir-pikir sih benar juga, soalnya gak di setiap kesempatan dan kejadian ada jurnalis. Bener gak?
Contoh bagus adalah dari radio Elsinta. Pernah dengar siarannya tentang keadaan lalu lintas? Siapa yang menjelaskan keadaan disuatu tempat macet atau padat merayap? Bukan jurnalis dari Elsinta loh, tapi masyarakat yang menjadi jurnalisnya. Canggih kan?
Kayak pohon itu coba, misalkan pohon itu benar2 mengenai gedung SBM ITB, nah lo.... pasti saat itu gak ada jurnalis kan? Nah, peran kita yang iseng motret-motret bisa menjadi bahan berita bukan? Judul beritanya bisa aja kayak diatas tanpa ‘nyaris’ tentunya. Dan bisa disajikan untuk berita / posting kayak gini / atau kalau mau lebih iseng kirim ke media massa. Dapat honor untuk bayar kosan kan lumayan, ya gak?
Intinya gak semua yang kau lihat itu tak berguna! Atau malah lebih banyak bergunanya. Karena baik ketika kita melihat kebaikan dan keburukan kalau kita menyikapinya dengan sikap terbaik seorang muslim pastilah akan bermanfaat.
Ok, segitu aja untuk kali ini! Ada sedikit ilmu : Abadikan setiap moment yang menurut ada menarik, unik, dan aneh lainnya! Siapa tau itu bisa bermanfaat.
Semoga manfaat!
[deepmoslem_itb]
1 komentar:
masalahnya terkadang kita malas untuk mengabadikannya.
klo saya sih cukup diabadikan di hati. klo lagi rajin ya diabadiin di buku harian ato gak di blog (klo yg ini nunggu nge-net gratisan di kampus dulu :p)
Posting Komentar
Silakan berkomentar...